Berkah di Musim Susah

  • Bagikan

Berkah di Musim Susah
Oleh : Rasman Ifhandi

Kondisi perekonomian global yang makin terpuruk, mestinya tidak membuat kita hanya berpasrah diri dengan menghitung-hitung segala bentuk kerugian yang ditimbulkan oleh keadaan yang juga dialami oleh hampir seluruh insan. Atau cuma meratapi nasip dengan berkeluh kesah dan membiarkan waktu terbuang habis tanpa memberi faedah sedikitpun.

Pandemi yang melanda, menciptakan banyak cerita dan kisah yang memilukan. Bukan cuma di indonesia namun hal ini terjadi di hampir seluruh dunia. Semua sektor ekonomi terpengaruh oleh Virus yang belum ditemukan obatnya ini.

 

Firman adalah seorang buruh kontraktor di sebuah perusahaan pengeboran minyak di kotanya, namun semenjak awal tahun 2018 lalu perusahaan tempatnya bekerja tidak lagi membutuhkan tenaganya, setelah 12 tahun dia bekerja di perusahaan tersebut. Mulailah kehidupannya berubah drastis, dari menjadi buruh harian bangunan, atau menjadi kuli angkutan, tukang ojek, dan kurir pengantar barang dagangan ke desa-desa. Atau istilahnya pasar ‘Kalangan’.

 

Namun semenjak situasi krisis melanda seantero bumi Indonesia, orderan tersebut pun makin berkurang, karena kebanyakan usaha terhenti, dan tak sedikit yang gulung tikar karena omzet penjualan mereka menurun. Baik pedagang makanan, pedagang alat-alat rumah tangga, atau pun pedagang kain dan pakaian. Semuanya mengalami kemerosotan total. Dengan kondisi ini, tentu Firman pun merasakan efeknya, makin sulit dia dapatkan job mengantar barang, atau juga pekerjaan sebagai buruh bangunan, karena hampir semua sektor pembangunan dihentikan demi mengatasi wabah yang melanda.



 

Hidup harus terus berjalan pikirnya, dan juga dia masih mempunyai tanggungan, yakni putri bungsunya yang baru saja kuliah di sebuah UT di kota kecilnya Prabumulih.

 

Berawal dari obrolan santai dengan rekan-rekan senasipnya, Firman melihat sebuah peluang terbuka lebar. Sore itu sambil menikmati kopi hangat di warung bu Hanif, tempat biasa nongkrongnya para tukang ojek, Edy temannya yang juga jadi korban PHK menceritakan kalau akhir-akhir ini, ibu-ibu pegawai pemerintahan kota banyak berburu bunga, bahkan sudah ada beberapa kelompok persatuan dari mereka yang setiap minggunya hunting mendatangi para penjual bunga di sudut-sudut kampung.

 

“Fir, sekarang ini lagi heboh lho, ibu-ibu pegawai pemkot dan persatuan ibu-ibu PKK berburu bunga dan pot bunga yang antik, kamu kan bisa tuh bikin pot bunga unik. Kulihat kamu juga rajin menanam berbagai macam bunga, cobalah dikembangkan Fir, mungkin saja bisa jadi penambah inkam,” ujar Edy sembari menyeruput kopi hangatnya.

 

“Wah yang bener Ed?” Tanya Firman bersemangat.

 

“Ya bener lah, kamu cari saja infonya, kalau sabtu dan minggu sore, mereka pasti berkumpul di depan kantor polsek lama, di taman bunga pinggir jalan itu,” terang Edy

 

“Bagus juga tuh, coba nanti saya cari infonya Ed, karena kamu tau sendirilah bagaimana penghasilan dari ngojek ini,” Firman seakan mendapat kekuatan baru setelah mendengar cerita dari temannya ini

 

dan mulailah dia lakukan survey dan investigasi langsung tentang kabar yang didapat, dan ternyata memang benar. Karena kondisi saat ini, dan ada peraturan baru untuk kerja di rumah saja, para ibu-ibu pegawai itu mencari kegiatan positif dengan merombak halaman rumahnya yang selama ini terbengkalai menjadi taman bunga.

 

Mulailah mereka berburu berbagai macam bunga, serta memesan berbagai macam bentuk vas bunga pada para pengrajin. Ini sebuah peluang besar bagi Firman yang memang cukup ahli dalam membuat vas bunga berbagai bentuk dan ukuran, berbagai bahan digunakannya, sesuai dengan pesanan yang masuk. Salah satu yang paling banyak digemari oleh para ibu-ibu adalah vas bunga dari bahan ambal, atau handuk bekas.

 

Orderan pun mulai berlimpah, tak sempat lama dipajang di halaman rumahnya, pot-pot cantik itu pun laku terjual. Harga yang variatif dan model yang bisa mengikuti pesanan konsumen, membuat Firman saat ini cukup dikenal di kotanya sebagai pengrajin vas bunga dan juga sebagai penjual berbagai macam bibit bunga.

 

Orderan pun makin hari makin bertambah, bukan cuma bunga, namun pesanan tanaman Bonsai pun mulai berdatangan, dan Firman mulai berinisiatif untuk mengembangkan usahanya.

***

Perlahan kota prabumulih yang dahulu ditakuti oleh warga kabupaten lain karena menjadi kota yang rentan terhadap pandemi karena letak geografis kota yang berada di tengah antara kota dan kabupaten lain seperti Muara Enim, PALI, dan Batu Raja. Bahkan pernah pedagang dari kota ini ditolak masuk ke daerah lain saking ngerinya mereka dengan warga kota yang berstatus zona merah.

 

Kini setelah pandemi berangsur pergi dari negeri ini, kota prabumulih kembali menggeliat, bergerak seperti biasanya sebagai kota bisnis yang menjadi incaran para investor luar daerah. Pengunjung kota ini mulai kembali berdatangan, pemberlakuan jam malam atau PPKM pun mulai dilonggarkan, dan para pedagang yang selama hampir satu tahun mengalami kesulitan bahkan banyak yang kehabisan modal, saat ini mulai dapat bernafas lega.

 

Pemerintah Kota yang aktif memberikan bantuan kepada para petani dan juga peternak ikan lele, dengan kondisi New Normal ini para peternak lele yang menggunakan sistem Bioflok kembali dapat mengukir harapannya di langit senja kota Nanas, setelah hampir semua upaya dan usaha mereka tersendat bahkan terhenti oleh pandemi.

 

Sedangkan Firman dengan usaha Vas bunganya yang dibanderol dengan harga 15 ribu, sampai 150 ribu itu, kini dapat tersenyum sumringah, karena di masa paceklik yang nyaris mematahkan harapannya kini menjadi sebuah berkah di musim susah.

 

JMSI Prabumulih

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *