PRABUMULIH. LEMBAYUNGNEWS. Dianggap ada intervensi dan indikasi kecurangan oleh keluarga peserta dalam pertandingan cabang olahraga Karate pada ajang O2SN tingkat SMP hingga menyebabkan timbul kericuhan di lokasi pertandingan. Rabu 25/6/2025.
Kericuhan yang terjadi akibat ada rasa ketidakpuasan orang tua peserta lomba atas keputusan juri yang dianggap tidak fair dan memihak.
Muhammad Joni selaku orang tua Samuel atlet Karate dari SMPN 5 Prabumulih mengatakan, pertandingan hari ini tidak menjunjung tinggi sportifitas.
“Banyak indikasi kecurangan yang kami lihat dalam pertandingan tadi,” jelas Joni masih menahan emosi.
Adapun pertandingan yang diikuti oleh Samuel pada babak penyisihan pagi ini yakni menampilkan kelas Kata perorangan.
“Ada intervensi di lapangan yang dilakukan saat pertandingan tadi, saat Muel masuk ke lapangan tadi langsung ditanya dari perguruan apa, dan itu merupakan intervensi terhadap anak kami,” terang Joni menyesalkan kejadian ini.
Sebagaimana diketahui Kata adalah pertandingan salah satu jenis pertandingan dalam karate yang mempertandingkan keindahan dan ketepatan gerakan dalam bentuk jurus.
“Anak kami ini sudah pernah juara di Provinsi, dan sebelum pertandingan hari ini kami sudah mempersiapkan dirinya dengan melatihnya secara privat,” tambah M Joni lagi.
Dia juga meminta agar tim pelaksana dapat mengulang pertandingan karena dianggap banyak kejanggalan. “Kami minta agar pertandingan diulang,” katanya kepada awak media.
Kegiatan kompetisi Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Prabumulih berlangsung di SD IT Al Malik Sukaraja Prabumulin Selatan.
Pada O2SN tahun ini menurut Beni Saputra SPd MSi saat diwawancarai, menjelaskan ada dua cabor yang dipertandingkan karena efisiensi anggaran. Dua cabor tersebut yakni Karate dan Silat.
“Untuk tahun ini kita adakan dua tangkai lomba, yakni Pencak Silat dan Karate. Kalau tahun kemarin kita ada lima cabor,” ungkapnya seraya menerangkan pertandingan hanya berlangsung satu hari ini saja.
Terkait adanya kericuhan tadi, Beni menyampaikan bahwa memang ada keributan di lapangan, tetapi pihaknya juga memaklumi hal tersebut.
“Namanya pertandingan pasti ada kalah dan menang, terkait ada protes dari orang tua peserta yang merasa tidak puas dengan hasil anaknya, ya kita maklumi itu,” ungkap Beni.
Tapi, kata Beni lagi “Semua itu kita serahkan kepada dewan Juri. Untuk dewan Juri sendiri kita meminta Forki untuk membantu menyiapkannya, bukan sembarangan karena kita takut Juri nya tidak kredibel,” tambah Beni.
Masih menurut Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kota Prabumulih, “Kita mencari anak-anak yang berbakat yang nanti akan kita tampilkan di tingkat provinsi maupun Nasional, mereka kan membawa nama kota Prabumulih,” jelasnya.
Dalam hal ini kata Beni pihaknya tidak punya kepentingan, siapapun yang jadi juaranya atas hasil keputusan Juri secara profesional, itulah yang akan kami angkat, yang akan difasilitasi oleh pemerintah dan dikirim pada perlombaan di tingkat provinsi.
Tentang adanya intervensi dan ada larangan mengambil foto dan video dalam pertandingan tadi Beni menjelaskan kalau soal teknis pertandingan itu sudah ranahnya dewan Juri, “Kami hanya menerima hasil dari Juri, kemarin kan sudah ada technikal meeting jadi sudah ada ketentuan-ketentuan dari Juri,” ucapnya.
Beni juga menyarankan agar media juga meminta keterangan dari Forki dan Juri yang memimpin pertandingan tersebut.
Sementara itu pihak Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Sabas Effendi SPdI menjelaskan dari pihaknya sudah sesuai dengan profesional mereka.
“Benar tadi ada komplain dari orang tua Samuel, tadi kita diajak rembug juga dan dari situ kita tau ada permasalahan antara Samuel dan Senpainya ini permasalhan internal perguruan mereka,” jelas Sabas.
Dia juga mengatakan saat pertandingan Samuel tadi Senpai Wulan tidak ikut menjadi Juri.
Selain itu kata Sabas, keputusan Juri itu mutlak, “Mereka kan ada lisensinya apapun keputusan Juri harus kita terima. Dalam Juknis kita boleh protes tapi tidak dengan anarkis. Jadi Forki dalam hal ini menerima keputusan Juri,” tegasnya.
Sabas juga menjelaskan yang mengalahkan Samuel pada babak penyisihan tadi juga tidak menjadi juara hari ini. Yang dikomplain tadi di babak penyisihan pada pertandingan selanjutnya lawan Samuel tadi juga kalah.
Dikatakannya juga Juri yang memimpin pertandingan hari ini dari Inkanas, KKI, Gojukai, Inkai, dan Gokasi. “Yang memimpin pertandingan tadi dari Gokasi dan dua dari Inkai, tidak ada dari Gojukai yang sedang ada masalah internal tadi,” tutup Sabas.
Terkait adanya beberapa komplain di lapangan Sabas juga mengatakan kedepannya Forki akan melakukan perbaikan dan menjadikan hal ini sebagai masukan yang berharga kedepannya.
Salah satu dari tiga Juri yang memimpin pertandingan Samuel hari ini Siswanto mengatakan bahwa tidak ada intervensi yang dimaksud. Juri menilai dari banyak sisi.
“Penilaian kita dari obyektifitas masing-masing, karena aliran karate ini banyak, banyak hal yang bisa menjadi penilaian kami selaku Juri,” kata Siswanto.
Sis juga menegaskan ada penilaian juga dalam hal attitude yang dianggap pelanggaran berat yang bisa terkena sanksi diskualifikasi atau dalam konteks olahraga Judo dan Karate dengan istilah Hansoku.
“Dalam olahraga Karate itu apabila atlet terkena Hansoku itu termasuk pelanggaran berat bahkan bisa diusir dari lapangan,” tegasnya, seraya menambahkan sebagai Juri dirinya telah melakukan yang terbaik hari ini. (Raif)
Editor: Rasman Ifhandi