PRABUMULIH, LEMBAYUNGNEWS — Malam itu, aroma masakan tak lagi semerbak dari dapur-dapur warga di Jalan Tanggamus, Kelurahan Muara Dua, Kecamatan Prabumulih Timur. Api kompor tiba-tiba padam, dan suara kebingungan mulai terdengar di gang-gang kecil kawasan itu.
“Gasnya mati lagi, padahal mau masak nasi,” keluh seorang ibu rumah tangga sambil mencoba menyalakan kompor yang tak kunjung menyala.
Gangguan itu bukan tanpa sebab. Di balik hiruk-pikuk proyek rehabilitasi drainase yang tengah berlangsung di sepanjang Jalan Tanggamus, tersimpan persoalan serius. Penggunaan alat berat dalam proyek senilai Rp359.666.000, yang bersumber dari APBD Kota Prabumulih Tahun Anggaran 2025, diduga menyebabkan pipa gas milik PT Petro Gas yang tertanam di bawah tanah mengalami kebocoran.
Proyek yang dikerjakan oleh CV. ALTEZZA BUNGSU GRUP tersebut sejatinya diharapkan menjadi solusi bagi warga yang selama ini kerap menghadapi genangan air setiap hujan turun. Namun, harapan itu berubah menjadi keluhan baru, aliran gas kota berhenti total.
Bagi sebagian warga, gas kota bukan sekadar fasilitas tambahan, melainkan kebutuhan utama sehari-hari. Tanpa gas, aktivitas rumah tangga lumpuh.
“Sudah dua hari kami tidak bisa masak pakai gas. Terpaksa beli gas elpiji eceran, itu pun harganya naik,” ujar seorang bapak yang sehari-hari berjualan nasi uduk di pinggir jalan.
Di tengah kekesalan warga, tim teknis PT Petro Gas tampak sibuk di lapangan, berupaya memperbaiki jaringan yang rusak. Sumber internal menyebut, pihaknya sedang berkoordinasi dengan kontraktor untuk memastikan perbaikan dilakukan dengan aman dan cepat.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak kontraktor maupun Dinas PUPR Kota Prabumulih belum memberikan keterangan resmi. Sementara itu, warga berharap agar pihak pelaksana proyek lebih berhati-hati, terutama dalam pekerjaan yang berdekatan dengan utilitas bawah tanah seperti pipa gas dan kabel listrik.
“Harusnya ada koordinasi dulu sebelum menggali. Jangan sampai proyek yang niatnya baik malah bikin warga susah,” ujar warga lainnya.
Selain itu, masyarakat juga mengingatkan agar bekas galian proyek tidak hanya ditimbun seadanya dengan tanah, karena bisa menimbulkan dampak lanjutan seperti tanah amblas, permukaan jalan bergelombang, hingga kerusakan saluran air di masa depan.
Kini, sebagian besar warga hanya bisa berharap agar gas segera mengalir kembali, dan proyek drainase bisa dilanjutkan tanpa menimbulkan korban atau kerugian baru.
Di balik tumpukan tanah dan suara alat berat yang menderu, ada kisah sederhana tentang kehidupan warga yang tergangg sebuah potret kecil dari pentingnya kehati-hatian dalam pembangunan kota.
Tentu warga sangat mendukung rehabilitasi ataupun pembangunan drainase, tapi hendaknya jangan karena sebuah pembangunan fasilitas umum, dampaknya mengakibatkan warga mengalami kerugian. Hendaknya sebelum membangun juga perencanaan dan pengecekan lokasi kerja agar dapat lebih ditingkatkan untuk mencegah hal yang seperti ini.












