PRABUMULIH. Lembayungnews. Pekerjaan normalisasi sungai Kelekar yang bertujuan untuk mengatasi banjir menjadi harapan besar bagi warga yang berdiam di sekitar aliran sungai.
Normalisasi yang dilakukan di empat wilayah kecamatan di kota Prabumulih tersebut diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang hampir setiap tahun menghadapi bencana banjir.
Tapi harapan itu seakan lenyap bagi warga RW 01 kelurahan Karang Raja, betapa tidak, lokasi yang dianggap warga sebagai tempat yang paling utama menjadi penyebab banjir, ternyata tidak tersentuh pekerjaan talud, hanya dikeruk dan didalami saja.
Nuroso salah satu warga RT 03 RW 01 Kelurahan Karang Raja yang rumahnya bersebelahan dengan sungai kelekar mengeluhkan informasi ini. “Wah kami kira ada pekerjaan talud-nya, ternyata hanya dikeruk,” ucapnya dengan nada kecewa.
Begitupun juga Dani, warga yang sama menuturkan keluarganya takut dengan adanya normalisasi ini, bekas talud yang lama akan tergerus dan mengakibatkan longsor.
“Kalau cuma didalami tapi tidak dipasang talud apa mungkin akan kuat bertahan tanah di sisi kiri dan kanan Kelekar, sedangkan di Majasari sudah dibikin talud, otomatis debit air akan semakin deras menghantam tanah kami,” ucap Dani kesal.
Beberapa warga juga sangat menyayangkan saat tau kenyataannya bahwa tidak adanya pekerjaan talud di tempat mereka. Sedangkan RT 03 RW 01 Kelurahan Karang Raja ini merupakan pusat banjir. Jumat 6/12/2024.
Banjir yang hampir setiap tahun melanda warga sekitar sungai Kelekar ini sangat meresahkan warga, seperti kejadian yang baru lalu, banjir luar biasa besar sampai nyaris menyentuh atap rumah. Masyarakat sekitar berharap dengan adanya aliran dana dari Provinsi ini dapat mengatasi permaslahan mereka.
Lain lagi keluhan warga Majasari, di perbatasan Kelurahan Karang Raja, salah satu warga menyampaikan kepada media ini piha pelaksana tidak konsisten dengan ucapan sebelum pekerjaan dimulai.
“Dulu katanya akan dibikin talud sepanjang 150 meter, tapi minggu lalu menurut keterangan dari Dinas PUPR Prabumulih yang turun ke lokasi bahwa pekerjaan talud di perbatasan ini hanya 100 meter,” terang Subagio.
Dia juga menambahkan sebelumnya piha Dinas PU mengatakan akan dipasang talud kiri dan kanan masing-masing sepanjang 75 meter, “ini beda lagi, yang dipasang ada sepanjang kurang lebih 85 meter tetapi disebelah saja, sisanya nanti akan dipasang di tempat lain hingga jumlah panjangnya hanya 100 meter, tidak sesuai dengan janji awal, sedangkan talud yang lama sudah mereka bongkar,” tegas Bagio.
Sugi, warga sekitar juga mengeluhkan kenyataan di lapangan, bahkan menurutnya masyarakat sekitar akan melakukan aksi jika permintaan mereka tidak diindahkan.
“Ya kami akan rembuk dulu nanti akan kami kabarkan jika benar masyarakat akan melakukan aksi,” ucapnya.
Selain itu menurut Sugi ada beberapa rumah warga yang retak akibat aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh alat berat selama pemasangan talud.
“Ada tiga rumah pak yang sudah kami laporkan juga ke pelkasana dan dinas PUPR,” pungkasnya.
Pengerukan sungai dan pemasangan talud yang dimulai pada bulan Oktober lalu dan menggunakan anggaran sebesar 38 miliar itu sampai saat ini masih terus berlanjut. Banyak juga warga meragukan pekerjaan ini tidak bisa diselesaikan sampai akhir tahun ini.
Sementara itu Lurah Kelurahan Kerang Raja Leliana Santika SPt MSi juga ikut menyayangkan jika tidak ada pekerjaan pemasangan talud di kelurahan Karang Raja, sebab menurutnya ada beberapa lokasi yang sudah selayaknya dipasangi talud.
“Ya kami bahkan pernah mengirimkan proposal sampai ke kementrian untuk pembuatan talud. Di RW 04 itu ada rumah warga yang nyaris roboh dan penghuninya terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya karena takut rumahnya ambruk,” terang Leliana.
Lurah juga berharap adanya pemasangan talud di lokasi yang dia sampaikan tadi. “Ya kalau bisa dipasanglah talud agar tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan,” katanya lagi. (Raif)
Editor: Rasman Ifhandi