Puisi Kiriman Sahabat Pencinta Literasi

KEPADA KEKASIHKU
Masih ingatkah, pada terik matahari pertama kita jumpa?
Dia setia mengikuti kakimu dan kakiku berjalan, diam-diam mengintip mata kita yang beradu. Kadang begitu ingin aku menutup langit, agar bisa leluasa kusampaikan puisi. Tanpa malu tentunya.
Masih ingatkah, pada sentuhan pertama, yang jatuh pipimu? Sejak itu kita memikirkan satu angan yang sama, tentang kelokan dan tanjakan, juga onak duri, bakal kita lewati tanpa mampu menghindar. Termasuk rasa cinta yang kemudian berakar dalam dada.

Baca juga: KEMBALI 4 TERSANGKA PEMUJA BARANG HARAM DI RINGKUS

Sayangnya, aku pun masih ingat, saat terakhir kita saling memuja bibir, menggantungnya pada rindu paling bahaya, lalu membunuhnya perlahan. Menjadikannya dingin dan beku. Beserta segala kesakitan yang muncul tanpa ampun, bahkan acap menghujam.
Kekasihku, jika bakal cerita berakhir menjadi selembar kenangan kusut bergambar tinta yang buram itu, bisa kah kuminta kau tetap menjadi bagian pentingnya? Jika nanti kau terhapus oleh mendung di kahyangan, boleh kah kuminta tinggal bait-bait namamu yang indah?

Majelis PAC Pemuda Pancasila

Jangan pernah percaya, pada tawa palsu yang kusisipkan pada notifikasi. Dia ‘kan punah, tapi rasaku tidak.

Sleman, 20102020

‘GEVA’

 

Bagi rekan-rekan PENCINTA dan penggiat literasi, jika berminat tulisannya di publish di website ini, silahkan hubungi kami melalui whats app, tulisan tidak dibatasi, bisa Puisi, Artikel, Cerpen, Cerbung, Opini dan lain-lain.

Selamat berkarya, berbagi itu indah. (Rasman Ifhandi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *