Kekuatan Sebuah Pemberitaan

PRABUMULIH. Lembayungnews|. Namanya Rica binti Ridi, dia putri kedua dari pasangan Ibu Megawati dan Bapak Ridi. Saat ini dia terbaring lemah tanpa daya, tubuhnya kurus terbalut kulit yang menghitam, usianya saat ini 17 tahunan, saat dimana anak seusianya sedang menikmati masa remajanya, bersenda gurau dengan teman sebayanya, bermain Facebook, Instagram, Tiktok dan segala macam kecanggihan zaman.

Dia pernah mengenyam pendidikan di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta yang cukup terkenal di kota prabumulih ini. Dahulu dia dan ibunya tinggal disebuah kebun, bersama ayah dan kakak perempuannya.

Saat itu tentulah kehidupan mereka bahagia, meski dalam hal ekonomi mereka bukan orang yang berada. Namun bagi Rica sosok seorang ayah adalah sebuah kekuatan baginya. Sebagai pelindung,  dan memberikan nafkah bagi keluarga kecil yang sederhana Ini. Sosok ayah yang menjadi penyemangat hidup bagi putri kecil Rica.

Kakak perempuannya menikah muda, dan saat ini dikaruniai dua orang anak laki-laki, namun takdir telah menentukannya menjadi seorang janda.

Rica yang saat berusia 12 tahun mendapatkan musibah yang membuat dirinya malu dan tertekan perasaan. Musibah yang juga sebagai aib keluarga yang rasanya tidak pantas jika diceritakan ulang dalam kisah ini.

Saat itu dia masih duduk dibangku sekolah dasar kelas enam. Setelah dia masuk sekolah SMP kejadian itu terkuak, keluarga Rica pun merasa sangat terpukul, lalu dengan tragedi itu, Rica pun mengalami depresi hebat. Dia mulai sakit-sakitan, juga ayahnya ikut mengalami sakit sehingga klimaksnya, pada saat dia kelas 2 SMP ayahnya meninggal dunia karena penyakit komplikasi dan paru-paru bocor.

Rica Mulai Putus Harapan

Sepeninggal sang ayah, membuat Rica terpukul sangat hebat, jiwanya yang saat itu tengah tertekan, serta masih terus membutuhkan sosok seorang lelaki yang memberikan perlindungan padanya, menjadi semakin menderita. Pikiran anak remaja ini makin hari makin tertekan, sehingga terjadi kecelakaan yang menyebabkan dia harus kehilangan salah satu jari tangannya. Dunia pun seakan tak lagi bisa diharapkan untuk dia temukan kebahagiaan, mungkin itu yang ada dalam benaknya.

Imbas dari kematian ayahnya berdampak pada perekonomian keluarga. Rica dan ibunya terpaksa pindah, dan ikut tinggal bersama sang kakak yang saat itu Sudah berstatus janda beranak dua. Kakaknya hanya seorang buruh harian, bekerja demi menghidupi kedua buah hatinya. Mereka mengontrak di bawah rumah salah satu warga di Kelurahan Tanjung Raman Kecamatan Prabumulih Selatan.

Kondisi ekonomi yang makin tak menentu, membuat Rica yang memang sudah dalam kondisi sakit-sakitan semakin hari semakin parah. Dia seakan tidak punya keinginan untuk melanjutkan hidup, tidak mau makan, hanya berbaring diatas tempat tidur yang akhirnya membuat tubuhnya setengah lumpuh.

Tetangga dekat rumah kontrakannya banyak yang merasa iba, sering mereka memberikan bantuan makanan buat keluarga ini, baik itu RT, ataupun RW, sehingga hal ini pun diketahui oleh pemerintah kelurahan setempat, yang juga telah berupaya maksimal membantu keluarga Rica, bahkan Kapolres Prabumulih AKBP Siswandi, SH.,Sik.,MH pun telah pula memberikan bantuan dana pengobatan buat Rica.

Mulai Mencari Donatur untuk Membantu Rica

Hari ini aku dan tim sesama Jurnalis, merasa perlu mencarikan bantuan buat keluarga ini, Pada saat kami bertanya dengan ibunya Rica, Megawati, yang saat itu didampingi Ketua RW setempat, pak Budi, si ibu tak kuasa membendung air matanya, suaranya terbata-bata menceritakan bagaimana awal mula Rica sakit. Seorang ibu yang telah lama menahan kepedihan hatinya, yang di dalam dadanya penuh harapan serta keinginan agar dapat melihat anaknya sehat kembali. Seorang ibu yang hanya punya sedikit kekuatan dengan berdagang kue sarapan pagi, yang dengan usahanya itu dia ingin dapat memenuhi kebutuhan anaknya, cucunya, juga dirinya.

Matanya memerah saat kami coba bertanya perihal anaknya, terdengar sedu -sedan yang tak mau dan tak bisa lagi ditahan, dan suara tangis pun memecah ruangan sempit tempat Rica terbaring lemah. Kami hanya bisa terdiam, aku, pak RW, dan semua yang hadir tak kuasa untuk berpura-pura tegar.

“Saya tak punya harapan lain, saya hanya ingin anak saya bisa sehat kembali. Satu keinginannya sebelum dia terbaring lemah, dia ingin punya Handphone.”

Suara lemah sang ibu bak ujung belati menikam dan menoreh jantung kami yang ada disana. Terdengar pula isak tangis dari Rica, meski matanya tak kuasa lagi mengeluarkan air mata karena sudah terlalu banyak tertumpah. Dia menangis, yah dia menangis, sebagai pertanda masih ada harapan dan masih ada kemauan untuk menggapai harapan hidup di masa depan, pikirku.

Sekujur tubuhku mulai terasa lemah, kaki ku yang baru-baru ini terluka karena kecelakaan, seakan sembuh seketika, karena disini, di ruangan ini, ada sakit yang tak dapat diukur, ada perih yang tiada tanding, ada kepiluan yang bertubi-tubi menempel di dinding rumah yang menghitam ķarena asap yang keluar dari kompor sang ibu yang membuat makanan kecil untuk bertahan hidup.

“Ya Allah, lembutkanlah hati kami agar senantiasa dapat merasakan duka dari saudara-saudara kami ini, lalu gerakkanlah hati ini untuk terus berempati, peduli, dan penuhilah dengan cinta kasih, kami terlalu banyak mengeluh dalam menghadapi cobaan kecilmu ya Robb, sementara duka kami tak seujung kuku duka mereka. Ya Allah, angkatlah derajat mereka Ya Allah..Aamiin Allahumma Aamiin” Aku terdiam, mataku tak berhenti menitikkan butiran bening yang membasuh pipi, semua pun terdiam.

Berita pun mulai kami publikasikan di laman FB kami masing-masing. Berita kami sebar juga pada instagram dan semua grup organisasi jurnalis yang kami ikuti. Harapan kami cuma satu, dengan adanya pemberitaan tentang kehidupan Rica ini, maka akan ada para dermawan yang tergerak hatinya membantu anak ini.

Para Dermawan Mulai Berdatangan Membantu

Lalu, Alhamdulillah, Allah serentak menjawab doa dari keluarga kecil itu. Setelah berita tersebut naik dan kami juga menyampaikan hal ini kepada Ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila kota prabumulih tentang apa yang terjadi pada keluarga ibu Megawati ini, beliau langsung menanggapinya dengan positif.

Informasi pun langsung disebar ke group intern mereka, organisasi masyarakat pemuda pancasila, termasuk yang terbesar di kota ini, yang dalam beberapa bulan terakhir tengah menjadi sorotan karena aksi sosialnya yang dilakukan pasukan Komando Inti (KOTI).

Donasi pun mulai dilakukan dalam 1 malam itu, diputuskan oleh Rifky Baday, akan membelikan HP bagi Rica, tak perlu mahal namun dapat menjadi hiburan baginya. Susu, beras, selimut, biskuit, uang belanja, bahkan uang kontrakan bulanan mereka pun menjadi agenda dalam percakapan penuh keakraban itu, bahkan Komandan Komando Inti Inhar Kamaluddin yang sedang berada di Semarang pun ikut memberikan support dengan mengirimkan bantuan melalui tim-nya.

Setelah semua terkumpul, kami pun berangkat menuju kediaman ibu Megawati, yang sebelumnya kami sudah menghubungi pak Budi, Ketua RW serta Lurah Kelurahan Tanjung Raman. Suasana haru mulai terasa saat kami memasuki halaman rumah kontrakannya, Rica terlihat terbaring lemah, namun ada sekelumit harapan di matanya, dia bergerak perlahan, menatapi sesiapa saja yang mengunjunginya, matanya mencoba menatap penuh, namun terlihat dia tak kuasa.

Moment pertama yang membuat suasana menjadi hening adalah saat dimana satu unit Handphone Samsung J7 Prime diserahkan oleh Happy Maria Simamora, sebagai Ketua Srikandi kepada Rica. Bisa anda bayangkan wajah Rica saat menerima benda yang menjadi impiannya tersebut?. Tangan ringkihnya menyambut setengah gemetar, sembari mulutnya mengucapkan kata terimakasih. “Terima kasih bu” ujarnya pelan, ibu Mega tak kuasa menahan hentakan rasa bahagia yang langsung memecah ruangan dengan isak tangisnya.

Cuaca siang itu yang sebenarnya tidak begitu panas, namun karena ruangan sempit itu terisi penuh, keringat mau tidak mau membanjiri tubuhku. Namun, lagi-lagi tak juga dapat kutahan butiran bening mengaliri sudut mataku. Bahagia, aku dan semua rekan-rekan ikut merasakan kebahagiaan itu.

Senyum terukir dari setiap bibir personil yang hadir, Jenny, Hendri Lie, Satrya Muda, Ronald Hutahaen, Fadli, Megi, Ferly, Aan serta semua yang hadir terlihat puas dan bahagia. Kebahagiaan di saat dapat membuat orang lain bahagia, kebahagiaan yang murni keluar dari sebuah ketulusan, kebahagiaan yang tercipta karena sebuah kekompakan organisasi ini. Sebuah semangat berbagi yang memang harus terus ditumbuhkan oleh para pembesar organisasi di kota ini.

(Ada hal yang menjadi catatanku, sebelum berangkat menuju rumah Rica, ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Prabumulih mengatakan, dia menyitir kalimat ketua umum Pemuda Pancasila bahwa Organisasi ini laksana ‘Robin Hood’, yah Robin Hood.

Sebagaimana kita ketahui Robin Hood, adalah sebuah cerita rakyat dari Inggris pada abad ke-18. Robin Hood yang juga dikenal dengan sebutan perampok budiman. Bagaimana tidak, karena hasil rampokannya terhadap pejabat pada masa itu diberikannya kepada masyarakat yang kurang mampu, padahal Robin, di kalangan para pembesar kerajaan terkenal kejam dan garang, namun dibalik kegarangannya itu ternyata tersimpan hati yang lembut terhadap orang-orang yang lemah. Robin Hood tidak akan pernah bisa melihat ketidak adilan di negerinya.

Exactly! Kita ingat berita tentang rumah ibu Emy yang dipagar beton oleh pengembang perumahan beberapa waktu lalu, sehingga tidak ada akses jalan keluar masuk ke rumahnya. Garda terdepan organisasi masyarakat dalam kasus tersebut adalah Pemuda Pancasila, bahkan Komandan Komando Inti Mahatidana pun berani menyatakan ikut menyumbang 10 juta, saat pihak pengembang perumahan meminta ganti rugi pembongkaran dinding pagar yang berada tepat di depan rumah ibu Emy.

Setelah pemberitaan itu, pihak RSUD Prabumulih pun mendatangi rumah Rica, untuk memberikan bantuan pengobatan terhadapnya, lalu mereka membawanya ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan. Rica pun di opname selama kurang lebih sepuluh hari.

 

Alhamdulillah, sudah bertambah banyak organisasi masyarakat Kota ini yang mulai membuka donasi buat Rica, salah satunya organisasi Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Organisasi kemanusiaan berskala internasional ini, melalui perwakilannya sudah menyambangi kediaman Rica, memberikan bantuan bagi keluarga ini dan membuka kolom donasi untuk kelanjutan pengobatan Rica.

ACT yang jangkauan aktivitas program global-nya sudah sampai ke 22 Negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Indocina, Timur Tengah, Afrika dan Eropa Timur, meskipun baru berdiri kantor cabangnya di kota prabumulih, namun sudah mendapatkan perhatian dari segenap masyarakat, bahkan wali kota dan wakil wali kota juga memberikan apresiasi terhadap pergerakan ACT ini.

 

Saat ini, kita bisa membayangkan ada kebahagiaan di dalam rumah sederhana itu, ada harapan hidup baru dari tubuh kurus Rica, yang hatinya telah patah, jiwanya tertekan dan tak ada gairah. Saat ini kita yakini ada semangat itu pada diri Rica binti Ridi, seperti harapan kita, dalam beberapa bulan kedepan Rica akan kembali sehat seperti sediakala, punya cita-cita, punya harapan hidup, punya mimpi dan khayalan indah, punya kekuatan untuk melangkah di atas dunia yang punya jutaan wajah. Jika itu Allah kabulkan, maka bisa kita katakan, inilah bentuk Kekuatan Sebuah Pemberitaan.

 

Feature
Penulis: Rasman Ifhandi

One thought on “Kekuatan Sebuah Pemberitaan

  1. Subhanallah.. sehat selalu buat tim robin hood di prabumulih.. dan yg membantu ricca semoga Allah balas dgn berlipat ganda.. aamiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *